Draft #2 Menggariskan Diri : Titik


Beberapa bulan berjalan bukanlah waktu yang singkat dalam berproses. Terhitung sejak November hingga sekarang, sudah tidak dapat dihitung lagi berapa kali sedih- senang terlampaui dalam menjalankan amanah ini. Namun ada satu hal yang terkadang lupa untuk diingat kembali; yaitu tentang kabar dalam menggariskan diri. 


Titik.

Di bulan-bulan awal, beberapa sudah cukup saling mengenal. Beberapanya lagi masih asing sama sekali. Pernah mendengar nama dan kiprahnya, tetapi belum tahu wajahnya. Sering melihat wajahnya, tetapi tak pernah terbesit bayangan akan melalui sebuah proses bersama. Mungkin kalau dibahasakan menjadi ceritera, kisah yang paling sesuai dengan kami adalah Siti Nurbaya. Perjodohan yang diatur sedemikian rupa tanpa bisa mengelak- tidak terima. Namun bukan berarti itu murni keterpaksaan. Tetap, keterlibatan ini harus diisi dengan bekal visi pribadi yang harus dimatangkan seiring berjalannya waktu. Peernya adalah menyelaraskan visi masing-masing dan meleburkannya menjadi satu.

Sebenarnya perasaan belum mengenal bukan suatu masalah yang berarti. Toh, akan ada perjalanan bersama setahun ke depan nanti. Usia dirasa juga sudah sama-sama dewasa. Waktu dan ikatan kerja pasti akan merekatkan masing-masing untuk membentuk rangka seutuhnya. 

Sejak awal, kami menjadwalkan pertemuan rutin setiap Selasa pukul 16.15 di Selasar Kantin. Ketua kami berkata, pertemuan itu menjadi waktu dan tempat kami dalam menceritakan progres dan merancang strategi. Ada atau tidak kendala selama seminggu berjalan, pertemuan senantiasa dilakukan. Selalu ada sesuatu yang harus dipermasalahkan. Selalu ada sesuatu yang harus didiskusikan. Pada akhirnya, selalu ada sesuatu yang harus diselesaikan.

Comments

Popular posts from this blog

Book Review : Art of Dakwah

Menghadapi Perempuan