Posts

Yummy

Image
    Genap sudah 1,5 tahun saya merantau di sini. Lahir dan bersekolah di Jogja, kuliah di Jakarta, dan kini menjalankan peran sebagai abdi negara di salah satu kabupaten kecil di Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman. Kabupaten yang jujur baru saya dengar namanya ketika pengumuman penempatan tugas dinas kala itu. Meninggalkan hingar bingar kehidupan di Jawa dan memulai hidup baru di tanah Sumatera.           Minggu-minggu awal rasanya tidak mudah. Sesekali menangis sendiri. Seperti tidak sedang hidup di zona saya. Masih kaget dengan segala perbedaan. Semua terasa sangat asing. Terutama tentang bahasa dan makanan sehari-hari.            Awal di kantor, saya tidak paham orang lain sedang berbicara apa. Mereka menggunakan Bahasa Minang sebagai bahasa sehari-hari. Iya sih, banyak yang bilang belajar Bahasa Minang itu tidak sulit. Banyak kata serapan yang hampir-hampir mirip dengan Bahasa Indonesia. Namun tetap saja, bagi saya yang orang baru kala itu, aduh, ngga paham bun.            Itu baru

Yummy

Image
    Genap sudah 1,5 tahun saya merantau di sini. Lahir dan bersekolah di Jogja, kuliah di Jakarta, dan kini menjalankan peran sebagai abdi negara di salah satu kabupaten kecil di Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman. Kabupaten yang jujur baru saya dengar namanya ketika pengumuman penempatan tugas dinas kala itu. Meninggalkan hingar bingar kehidupan di Jawa dan memulai hidup baru di tanah Sumatera.           Minggu-minggu awal rasanya tidak mudah. Sesekali menangis sendiri. Seperti tidak sedang hidup di zona saya. Masih kaget dengan segala perbedaan. Semua terasa sangat asing. Terutama tentang bahasa dan makanan sehari-hari.            Awal di kantor, saya tidak paham orang lain sedang berbicara apa. Mereka menggunakan Bahasa Minang sebagai bahasa sehari-hari. Iya sih, banyak yang bilang belajar Bahasa Minang itu tidak sulit. Banyak kata serapan yang hampir-hampir mirip dengan Bahasa Indonesia. Namun tetap saja, bagi saya yang orang baru kala itu, aduh, ngga paham bun.            Itu baru

Percaya Diri Belajar Memasak dengan Yummy App

Image
          Genap sudah 1,5 tahun saya merantau di sini. Lahir dan bersekolah di Jogja, kuliah di Jakarta, dan kini menjalankan peran sebagai abdi negara di salah satu kabupaten kecil di Sumatera Barat, Kabupaten Pasaman. Kabupaten yang jujur baru saya dengar namanya ketika pengumuman penempatan tugas dinas kala itu. Meninggalkan hingar bingar kehidupan di Jawa dan memulai hidup baru di tanah Sumatera.           Minggu-minggu awal rasanya tidak mudah. Sesekali menangis sendiri. Seperti tidak sedang hidup di zona saya. Masih kaget dengan segala perbedaan. Semua terasa sangat asing. Terutama tentang bahasa dan makanan sehari-hari.            Awal di kantor, saya tidak paham orang lain sedang berbicara apa. Mereka menggunakan Bahasa Minang sebagai bahasa sehari-hari. Iya sih, banyak yang bilang belajar Bahasa Minang itu tidak sulit. Banyak kata serapan yang hampir-hampir mirip dengan Bahasa Indonesia. Namun tetap saja, bagi saya yang orang baru kala itu, aduh, ngga paham bun.           

Sebuah Cuplikan Tulisan di Notes HP

"Sedih juga kalau diingat-ingat. Tapi buat apa ya? Sekarang gini deh. Misal kita hidup dan pada momen mendapat nikmat yang kita mau, lalu kita bersyukur. Janji Allah apa? Pahala. Tapi kalau kita hidup dan pas pada momen kita sedih mendapat ujian, lalu kita bersabar. Janji Allah apa? Pahala juga. Sederhananya kalau hidup adalah mencari pahala sebanyak-banyaknya, harusnya aku tidak perlu risau dong mau pahala itu datangnya melalui kesenangan maupun kesedihan. Kan ujung-ujungnya juga sama. Cuma cara melaluinya saja yang beda. Satunya dengan bersyukur, satunya dengan bersabar. Masih belajar juga buat memahami hal kayak gini. Ngga aku pungkiri, kalau pas sedih ya aku nangis. Tapi setidaknya aku mencoba buat memahamkan diri sendiri bahwa senang sedih itu sementara. Ujung-ujungnya sama."

Value

Kamis malam di angkot yang sedang mengetem itu, saya dan teman saya bercakap-cakap. Membicarakan hal-hal yang kami alami seharian tadi. Tiba-tiba di tengah percakapan, teman saya bertanya pendapat saya tentang dirinya. "Menurutmu aku gimana? Yang kamu suka dan tidak. Plus minusnya" Saya menatapnya lamat-lamat. Ngga bingung sih, hanya ternyata terasa aneh saja mengungkapkan tentang seseorang di depan orangnya. Kalau bagus takutnya bikin geer, kalau ngga bagus takut menyinggung. Ah mengapa sedemikian saya membingungkan hal tersebut, toh kami sudah berteman lama. Rasa-rasanya selama ini kalaupun ada sesuatu yang tidak berkenan mudah diselesaikan dalam waktu yang tidak lama. Saya menghela napas. "Kamu lucu, suka bikin teman-teman tertawa. Gercep juga melakukan apa-apa. Loyal juga.", jawabku. "Kalau buruknya?" "Hmm. Di beberapa kesempatan kita berbeda pemikiran dan pendapat. Yang berujung pada sikap ngga enak di antara kita" "C

Merencanakan Selesai

Image
Rasanya baru kemarin aku mengambil keputusan pindah kuliah. Keputusannya memang seperti hanya "pindah kuliah", tetapi dibersamai dengan pindah domisili, pisah dengan keluarga, dan meninggalkan jogja yang sudah membuat 19 tahunku nyaman dengannya. Istilah singkatnya; merantau. Lagi lagi hanya seperti merantau untuk kuliah, tetapi nyatanya tidak sesederhana itu. Kehidupan perkuliahan baru yang kupilih 4 tahun lalu, mengharuskanku untuk berpisah dengan keluarga dan rumah tidak hanya 4 tahun masa perkuliahan. Namun seterusnya. Sampai pada waktu yang tidak tahu kapan. ___________________________ Aku Amel. Amelia. Mahasiswi salah satu perguruan tinggi kedinasan di Jakarta. Beberapa hari yang lalu baru saja melewati proses sidang tugas akhir sebagai syarat kelulusan. Masih unofficially sarjana. Banyak revisi sidang yang masih harus dikerjakan. Kalo ditanya lega atau belum, ya belum. Perjalanan masih panjang. Selama berkehidupan di sini, kalau dipikir, aku belum pernah

Main ke Rusun (main-main)