Posts

Showing posts from 2018

Rekan Diskusi Sampai Nanti

Image
Selain lingkungan kampus yang santun dan matakuliah yang MasyaAllah, ada lagi satu hal yang sangat syukuri di sini. Yaitu kesempatan berada dalam lingkaran sepermainan yang bisa diajak diskusi. Bersama orang-orang yang saya sendiri masih takjub tidak percaya. Sambil berpikir, "bisa gitu ya akhirnya, nemu yang kayak gini di episode kehidupan saya".- Perkenalkan, mereka adalah rekan saya. Kawan terbaik dalam diskusi apa aja. Iqbal dan Rizky! Dua manusia ter-bikin ngga paham kenapa masih betah 'melingkar' sama saya dan berproses di hal-hal yang sebenarnya biasa saja tapi sukanya dipikir dan dikemas dengan seluruh isi kepala yang kami punya. Dulu awal kenal mereka sebenarnya sejak tingkat pertama. Ceritanya sama-sama jadi volunteer di salah satu komunitas kampus, STIS Mengajar. Bedanya, Iqbal adalah kepala sekolah RW 1, Rizky kepala sekolah RW 15, dan saya adalah pengajar biasa-biasa saja RW 9. Apalah saya dibanding mereka ketika itu dan sampai sekarang sebenarn

Izin Undur Diri, Pamit!

Image
Salam perjuangan, rekan-rekan! Alhamdulillah, tak terasa perjalanan punggawa Senat Mahasiswa 2017/2018 telah mencapai puncaknya. Terima kasih untuk rekan-rekan yang telah mengawal! Terima kasih atas rasa percaya yang menjadi alasan utama untuk kami berada. Puncak akhir ini ternyata tak pantas membuat kami jumawa. Masih panjang perjalanan di depan. Masih banyak hal di Senat Mahasiswa yang sepatutnya masih terus diperjuangkan.  Atas nama segenap pengurus Senat Mahasiswa 2017/2018, kami mohon izin undur diri, pamit! Terima kasih kepada rekan-rekan Senat Mahasiswa yang telah menjadi kolaborator kebaikan bersama. Terima kasih juga untuk rekan-rekan mahasiswa. Kami mohon maaf jika ada salah kurangnya. Semoga yang sebentar ini dapat memberi manfaat untuk semua. Selamat berjuang, kepengurusan yang baru! Salam perjuangan! -Senat Mahasiswa Politeknik Statistika STIS 2018- Terkhusus dari saya, maaf, belum bisa berperan banyak.

Salam Pertemanan dari Barisan Depan

Image
Rasanya seperti baru kemarin masuk kampus ini. Tahu-tahu hari ini sudah masuk minggu ke tiga perkuliahan di tingkat akhir. Cepet ya? Banget. Banyak hal yang ternyata sudah saya lalui. Baik hal senang maupun sedih. Apapun prosesnya, nikmati aja. Hidup hanya sekali. Cerita besok pagi sudah beda dengan cerita pagi ini. Selaw. Di postingan kali ini, saya mau cerita nih tentang sepotong kehidupan di dua semester kemarin yang manis untuk ditulis. Yaitu tentang kolega-kolega di tingkat tiga. Taraaa! Perkenalkan, kami berempat adalah teman di kelas. Yang awalnya bertemu dengan cara yang biasa saja. Layaknya teman kelas yang benar-benar biasa saja. Namun akhirnya kami akrab karena duduk di depan! Wkwk. Rhiska; duduk di kursi terdepan karena kebiasaannya sejak TK, Unuy; duduk di kursi terdepan karena masuk kelasnya di menit-menit kritis (jadi kebagiannya ya itu doang), saya; duduk di kursi terdepan karena mata minus tapi malas pakai kacamata, dan Safi; kenapa ya wkwk pokoknya ser

Sabtu Pagi di Warunk Upnormal

Semua manusia diciptakan sama. Katanya, apapun beda kita, tak   penting jika hanya berdasar penilaian manusia. Saya sepakat. Namun walaupun sama, saya masih suka tidak percaya diri jika bertemu orang yang lebih unggul dari saya dalam dua hal; ilmu dan amal. Dan kemarin pagi, ceritanya, saya tidak percaya diri. Saya dan beberapa teman (6 orang termasuk saya), berkesempatan bersilaturahmi dengan Kak Suryo, salah satu kakak alumni di kampus. Selisih X tahun dalam segi umur angkatan. Kebetulan kakaknya sedang ada urusan yang harus dikerjakan di Jakarta jauh jauh dari daerahnya, jadi pagi itu, ada kesempatan untuk rusuh sebentar dengan kedok sharing bareng. Kalau boleh jujur, banyak hal yang saya dapatkan, banyak hal dari obrolan kemarin yang dapat dijadikan pelajaran. Solusi-solusi dari resah-resah kami dan pandangan-pandangan baru dari lain dimensi. Di awal-awal perbincangan, beberapa teman saya menyampaikan masalah mereka. Berasa sesi curhat dong ma, tapi bukan Mamah Dedeh.

Internship Dreamdelion Batch 7 Regional Jakarta

Image
               Jika ada suatu hal yang tak mungkin bisa kita cegah atau ajukan kejadiannya, maka itulah yang kita sebut takdir . Asiq.             Di malam yang bukan siang ini, saya mau cerita-cerita tentang Dreamdelion. Rumah yang pernah mempersilakan saya singgah beberapa bulan yang lalu. Jadi, Dreamdelion adalah sebuah “rumah” yang bergerak di bidang community development . Slogannya, "The best place to give your best contribution". Tempat bernaung orang-orang yang mau mendedikasikan waktunya untuk bermanfaat bagi orang lain. Uhuy. Untuk selengkapnya sabi banget buat ceki-ceki di @dreamdelion , di sana banyak info lengkap tentang apa dan kegiatan apa aja yang Dreamdelion lakukan.             Dulu pertama kali denger kata Dreamdelion itu dari dua kakak putra-putri STIS, Kak Suryo dan Kak Sita, yang ngisi waktu pembekalan putra-putri daerah STIS. Jadi ceritanya mereka sharing pengalaman ikut kegiatan di luar gitu. Ngga hanya cerita tentang Dreamdelion aja sih,

Topik Dimana Ya?

Image
Sebenarnya untuk menentukan suatu hal itu bukan perkara susah. Apalagi kalau diminta buat milih sesuatu yang cepat dan ngga perlu mikir. Gampang! Pilih aja dulu, jalani, risiko pikir belakang.          Tapi kenapa untuk sesuatu yang satu ini, saya bingung sedari dini? (bingung kenapa harus bingung hihi). Aha! Karena yang satu ini jangkanya setahun nanti. Akan dipikir banyak dengan metode yang ngga main-main. Akan dipertanggungjawabkan di bapak ibu penguji kelulusan. Akan menjadi bentuk nyata dari perjalanan kuliah selama ini. Skripsi!             Jadi sekarang sebenarnya sedang masa-masa lengang kecuali untuk yang tidak lengang. Masa-masa mahasiswa jelata seperti saya meluangkan diri untuk lebih selaw dari hingar bingar kesibukkan dan berusaha mencarimu (re: topik) dari sekarang. Tapi kenapa belum ketemu. Topik, sebenarnya kamu mah dimana?             Saya cari di seminar-seminar kakak tingkat, tapi keberadaanmu masih abu-abu. Mau saya cari juga di rak-rak perpus,

Melibatkan Pembiaran

Image
Kita cukup kenyang dengan sarapan cerita orang-orang. Tentang kisah kasih mereka yang sedang mekar-mekarnya. Tentang rindu-rindu yang yang tak direstui karena perbedaan suku. Ataupun tentang puisi-puisi patah hati di sosial media. Cerita tentang itu ada banyak sekali, teman. Dengan berbagai alur dan sudut pandang. Dengan berbagai anggapan klimaks yang mungkin sebenarnya bukan.             Namun benar kata Tara, ada satu yang kita tau; kita berada dalam ketidakpastian masa depan. Kita berteman sekarang, belum tentu se-berteman ini di masa depan. Kita merasa dekat sekarang, belum tentu akan tetap dekat di masa depan. Semesta itu bergulir. Kita; tidak bisa menjamin keadaan. Orang-orang yang berada di sekitar kita sekarang adalah orang-orang terbaik untuk sekarang. Belum tahu untuk nanti. Apalagi untuk beberapa masa setelah hari ini. Jadi, jangan terlalu bangga dengan hal-hal sementara. Juga, jangan pernah mengawetkan sedih untuk hal-hal yang belum pasti.             Di satu wak

Kukira Kau Rumah

Image
Kau datang tatkala sinar senjaku telah redup Dan pamit ketika purnamaku belum seutuhnya Kau yang singgah tapi tak sungguh Kau yang singgah tapi tak sungguh (Kukira kau rumah, -Amigdala) Mungkin kita sudah merasa menemukan ‘rumah’ dalam diri seseorang, sekelompok orang, atau pada hal-hal yang kita anggap hebat. Mempercayakan penuh. Menggantungkan harapan besar ataupun hal-hal kecil. Sampai lupa kalau suatu waktu yang sementara itu tidak selamanya ada. Sampai lupa kalau yang tidak membuat kecewa hanyalah Allah semata.              Jadi, jangan merasa sedih. Dari awal, tidak ada yang menjanjikan kita apa-apa. Mungkin saja kita yang suka berharap banyak. Mungkin saja kita yang geer tanpa berusaha membatasinya. Tempat pulang yang sebenarnya adalah Allah. Yang 24 jam telah memberikan waktu-Nya. Yang menyediakan malam-malam untuk kita mengadu dan memohon banyak. Lalu mengapa kita masih kadang lupa dan mengingkarinya? Jad

Pelatihan Wilayah FIM 20

Image
Walaupun tidak ada yang tanya rasanya pasca ikut pelatwil #NoHeartFeeling, tapi bolehlah ya saya cerita-cerita sedikit di sini. Hitung-hitung buat jadi alasan senyum kalau baca baca sendiri lagi suatu hari nanti. Kenalan Dulu Jadi pelatwil FIM 20 merupakan akronim dari pelatihan wilayah Forum Indonesia Muda angkatan 20. Kebetulan karena saya masuk regional Jakarta, saya ikut pelatwil 2, pelatwil wilayah Bogor. Peserta dari pelatwil wilayah 2 ini adalah teman-teman dari Jabodetabek dan Kalimantan. Oiya kalau mau tau lebih lanjut tentang FIM, sabi banget buat ceki ceki di sini Siapa Aja Pesertanya? Ada 115 kawan-kawan terbaik yang berpartisipasi di pelatwil ini. 22 orang dari Regional Jakarta, selebihnya dari regional lain-lain. Kebanyakan pesertanya adalah orang-orang yang masih bergelut di bangku perkuliahan dan  sudah bekerja. Karena maksimal usia peserta adalah 25 tahun, maka peserta yang sudah bekerja pun belum lama-lama banget lulusnya. Regional Jakarta (ter

Menghadapi Perempuan

Image
Sekitar dua tahun lalu saya menemukan sebuah quotes epic dari kak Aji Nur Afifah. She said, "Perempuan itu sederhana. Yang rumit itu moodnya. Dan khawatirnya. Dan rindunya." Aseli, ini Kak Apik ini kenapa suka bener yak? Saya sih sepakat. Kalau kamu sepakat tidak? Moodnya Bagi kita, kaum perempuan, sering banget mengalami yang namanya moodswing. Sudah macam tahu bulat, moodnya serba dadakan. Sekarang seneng-seneng, lima menit lagi udah cemberut. Sekarang nangis-nangis, lima menit lagi udah ketawa-ketiwi. Bisa ya gitu? Yha namanya juga perempuan, yha bisa gitu deh. Bagi orang lain hal ini bisa tampak nyebelin banget. Ngga hanya buat lawan jenis, tapi buat sesama perempuanpun juga. Perempuan, termasuk saya, kadang suka lupa, yang bikin sebel ini sebenarnya juga suka jadi hobi sendiri tanpa disadari. Uwoo. Nah kalau sadar akan hal ini, kita perempuan bisa apa ya. Kadang kepikiran kalau itu memang sudah menjadi kodrat. Jadi ya, yaudahlah ya. Lagi jadi macan ben

Cerita Tentang Amanah

Amanah datang pada pribadi yang tidak sempurna. Ia datang mungkin kepada mereka-mereka yang masih belum selesai urusannya; akademik, keluarga, lingkungan sosial, atau bahkan permasalahan pribadinya. Amanah tidak mempermasalahkan. Ia datang hanya minta untuk diselesaikan, dan bonusnya, ia membuat orang-orang yang didatanginya menjadi banyak belajar. Saya suka kagum dengan orang-orang yang kuat dengan amanah di pundaknya. Di mata saya, mereka luar biasa keren. Mereka tidak sempurna. Karena kalau sempurna, tentu di jajaran malaikatlah mereka berada. Mereka tidak sempurna, tapi mereka mau berjalan dan mewakafkan diri untuk umat - bukan hanya dirinya. Tulisan ini saya persembahkan untuk orang-orang yang sekarang sedang sibuk berjuang. Dari saya yang masih banyak tidur, padahal belum kontribusi apa-apa. Subyektif banget dan banyak kurangnya. Ngga apa apa yang penting obrolin aja! Belajar Tangguh Kata kakak saya, kita bisa tumbuh menjadi tangguh setelah melewati masalah-ma

Berbicara di Sosial Media

Akhir-akhir ini saya sering lelah sendiri melihat timeline sosial media. Terkadang Instagram tersebar banyak sindiran dan ujaran tidak menyehatkan yang katanya sih bagian dari opini yang berhak diungkapkan. Satu sama lain saling membalas.  Story war!  Dan yang (berusaha) ngga ikut-ikutan, jadi lelah sendiri lihatnya. Lalu yang salah siapa? Nah di kesempatan kali ini, saya mau bahas sedikit tentang 'permainan' di sosial media. Subyektif banget dan banyak kurangnya. Ngga apa-apa yang penting obrolin aja!  Jadi Ikut-ikutan Media sosial itu pinter banget banget nge-provokasi. Sadar atau tidak, kita akan ikut-ikutan dengan apa yang kita ikuti. Orang yang ngakunya  beauty enthusiast  follow akun-akun yang suka review produk. Orang yang ngakunya  fashion enthusiast  follow akun-akun yang selalu ootd dengan fashion terkini.  Music enthusiast  follow selebgram atau tisartis yang doyan  cover  lagu-lagu.  Politic enthusiast  follow tokoh-tokoh negara. Wajar. Kalau kita fo