Book Review : Art of Dakwah

                
              Satu hal yang kita tahu pasti dalam kehidupan ini, bahwasanya apabila ada satu hal yang harus kita pertahankan lebih dari yang lainnya, maka itu pastilah Islam. Demikian salah satu kutipan isi buku Art Of Dakwah, hasil kolaborasi menakjubkan dari Ustadz Felix Siauw dan Mbak Emeralda Noor Achni aka Benefiko.

                Pertengahan Juni lalu, sebelum keberangkatan saya ke Jogja, saya tertarik membaca karya terbaru dari Ustadz Felix. Awal tertarik karena teaser di instagramnya beliau yang seperti biasa- selalu saja bikin jatuh hati dan penasaran setengah mati.  Lalu ditambah dari cover bukunya yang omaigat, lucu amat! Tangan ajaib Mbak Benefiko memang ngga pernah main-main bikin saya jatuh cinta. Dan akhirnya, di siang itu, buku ini sampai di tangan saya.

                Sesuai dengan judulnya, buku ini bercerita banyak tentang dakwah Islam. Mungkin kebanyakan orang pun saya sendiri pada awalnya, mendengar kata ‘dakwah’ itu seperti sesuatu yang amat berat. Siapa saya berani baca buku begini. Ibadah saja masih sekadarnya, ilmu agama juga masih itu-itu saja, mau sosoan baca buku dakwah karangan ustadz ternama. But bukan kita namanya kalau berpikir sempit seperti itu lho ya. Baca aja dulu, siapa tau suka. Ea.



Benar, Art Of Dakwah membuktikan bahwa bicara tentang dakwah ngga melulu harus dengan tulisan panjang nan membosankan. Buku ini, mengemas materi tentang dakwah dengan konsep warna-warni penuh ilustrasi. Kesan kuno jauh dibuang. Yang ada, dakwah tentang dakwah tersampaikan dengan menyenangkan. Cihuy!

Masuk ke bahasan isi nih. But first, siapa yang sudah tau kalo muslim berdakwah itu hukumnya wajib? Ngaku aja yuk, pun saya juga mau ngaku kalo sebenarnya, saya juga baru tahu. Hehe. Muslim itu ternyata wajib menyampaikan kebenaran yang ada dalam agamanya. Banyak hal dan bahkan semua hal di dunia ini, sudah terbahas dengan cerdas oleh Allah melalui Islam. Dari aturan mengurus sandal sampai mengurus negara. Tidak ada yang diragukan lagi, Islam hadir di peradaban untuk menjadi solusi segala masalah yang ada di bumi ini. Namun yang sering menjadi kendala adalah

ü  Siapa yang menyampaikan?
ü  Bagaimana cara menyampaikan?

Ternyata siapa yang menyampaikan adalah satu bagian penting dalam dakwah dan propaganda. Sesuatu yang disampaikan akan didengar dengan baik jika yang menyampaikan adalah orang yang terpercaya. Percaya ngga? Rasulullah dikenal sebagai individu yang jujur, amanah, bersahaja, adil, baik perangainya, pokoknya yang baik-baik. Di zaman itu, sulit banget buat Quraisy dan kaum Arab untuk tidak percaya beliau. Walaupun pada akhirnya, mereka mendustai apa yang Rasulullah bawa, yaitu Islam. Namun ketidakpercayaan mereka adalah karena konsekuensi berat mereka meninggalkan keyakinan yang sudah mereka yakini sejak lama. Pun di luar itu, mereka tak pernah menolak dan mengingkari bahwa Nabi Muhammad adalah individu yang sangat bisa dipercaya. Keren ngga sih Rasulullah itu :)

Semenjak membaca bagian isi buku tersebut, saya jadi ingat bahwa memang sosok penyampai itu memang bukan hal yang bisa diremehkan. Berkali-kali saya mendengar nasehat dari orang, berkali- kali saya diceramahi orang, saya pasti melihat siapa orang itu. Semakin tinggi ilmu dan semakin baik sikap orang itu, biasanya makin kecil potensi saya untuk ngeyel. Hehehe. Sederhananya, misal ada kasus; kamu mahasiswa. Ada anak SMP dan kakak yang sudah tamat sarjana ngasih tau kamu suatu hal yang sama dengan persepsi beda yang mereka punya. Kamu bakalan lebih percaya siapa? Kalo kamu jawab anak SD, itu namanya ngga nyambung. Hehehe.

Pun ini membuktikan bahwa kualitas seorang penyampai itu jadi poin yang penting banget. Bisa jadi pembelajaran juga buat kita bila ingin berbicara atau menyampaikan sesuatu ke orang, kita harus meningkatkan kualitas diri kita terlebih dahulu. Jadi pribadi yang bisa dipercaya dulu. Intinya gitu.

Lalu tentang bagaimana cara menyampaikan. Art Of Dakwah banyak memberikan fakta bahwa kita, selalu dibuat bergantung oleh sesuatu yang dikemas secara unik dan ciamik. Tanpa kita sadari, para penyampai ide-ide buruk yang anti islam lebih memahamkan diri mereka salah satunya pada bagaimana cara menyampaikan. Ustadz Felix menyampaikan, “Mereka membayar illustrator dan visualis terbaik untuk mendisain materi dan provokasi dengan grafis, dan motion yang memanjakan mata, konseptual dan serius. Lalu menggunakan public figure, artis dan tokoh-tokoh sebagai pengeras suara mereka.” Padahal simak lagi, apa yang mereka sampaikan sebenarnya salah. Namun mereka sungguh-sungguh. Imbasnya? Hm barangkali kita pernah bela-belain nonton konser band atau musisi idola legendaris lalu bangga karena merasa sudah eksis? Nah itu salah satu contoh. Hiks :(

Lalu di sisi lain, nilai Islam yang sudah teruji sempurna benar harus menerima kenyataan bahwa masih banyak publikasinya yang kurang menarik. Desain kajian seadanya. Islam dianggap sesuatu yang usang ketinggalan zaman. Padahal harusnya bisa engga, ya kan.

Faktanya lagi, menurut Survei Nielsen (2012), manusia rata-rata menggunakan 3 jam per hari untuk berselancar di dunia maya. Dan 87,4% nya adalah untuk mengakses sosial media. Lalu? Ya itu merupakan salah satu hal yang harus kita anggap karunia. Sayang aja kalau cuma dibiarin gitu aja. Sayang aja kalau cuma dipakai buat cek story dan stalking teman *ngomong sama diri sendiri* intinya kita harus belajar mengambil peluang  tersebut untuk dakwah ataupun untuk hal positif lainnya. Intinya jangan mau kalah atau malah menjadi budak dari teknologi itu sendiri. Teknologi dan sosial media adalah perantara yang sangat baik untuk kita melakukan hal baik.

Buku ini selanjutnya menjelaskan banyak hal lagi tentang tips-tips dan pembelajaran dakwah kreatif yang kekinian banget. Rekomen banget apalagi buat teman-teman yang ngakunya suka dunia media :)


               
               
               
               


Comments

Popular posts from this blog

Menghadapi Perempuan