Naik Level
Biasanya di awal tahun, saya suka membuat wish list yang saya simpan di
folder pribadi. Untuk keinginan terdekat dan terbesar kadang saya tulis di
tembok kamar. Walau sampai sekarang lebih banyak tidak terrealisasi daripada
realisasinya, tapi saya tetap saja suka. Bagi saya, wish list merupakan sebuah
bentuk kesiapan dalam menjalani hari-hari ke depan. Ditambah, kalau nempel di
temboknya dibagus-bagusin, bisa jadi moodboster juga setiap kali melihat.
Namun di awal tahun ini berbeda. Saya belum membuat wish list seperti
tahun-tahun sebelumnya. Bukan berarti tidak ada target atau tujuan di tahun
ini, bukan juga karena minim semangat. Tapi tentang refleksi. Ya, saya belum
selesai berrefleksi untuk apa-apa yang telah saya lakukan dan lalui di tahun
2017. Bukan karena kuantitas keberhasilan wish yang tercapai, tapi tentang
kualitas diri dalam melalui itu semua.
Alhamdulillah, banyak hal baru yang saya dapatkan tahun lalu. Kebanyakan
adalah hal tidak terduga, sisanya karena merupakan rencana. Saya bersyukur atas
itu semua. Terutama kesempatan bertemu orang baru dan belajar ilmu baru. Namun
dalam melaluinya, saya masih perlu banyak drama. Padahal harusnya kan tidak
perlu. Drama sedih, drama kesel, drama kecewa sama diri sendiri yang sebenarnya
tidak menguntungkan sama sekali.
Makin ke sini saya jadi sadar, 21 tahun bukan usia remaja lagi. Bukan
lagi masa yang pantas dalam pusing karena gejolak diri. Biasanya yang bikin
tidak enak itu perasaan kecewa karena belum bisa seperti si A atau perasaan
sedih karena belum bisa seperti si B. Padahal mungkin, di luar sana atau di
dekat sini, ada yang berpikiran sama dan menganggap saya adalah C. Wkwk, hidup
memang seputar A, B, C #apasih
Ada di suatu bulan di tahun lalu, saya menelepon kakak saya dan menangis
sesenggukan. Lalu kakak saya bilang kalau yang perlu saya lakukan adalah
berhenti menangis, menatap ke depan. Dan tara! Masih banyak hal yang dapat kamu
perbaiki dan lakukan. Duniamu belum berakhir. Sama sekali belum :") Lalu
saya berhenti menangis. Alhamdulillah cepet hepi kembali.
Tapi ya gitu,
suka sedih tiba-tiba walaupun hepinya juga suka datang tiba-tiba. Labil.
Kekanakan sekali
ya haha. Saya malu kalau cerita. Intinya seperti itu.
Saya jadi berpikir banyak. Bahwa apa-apa yang dilalui seorang hamba tidak
lain adalah untuk menaikkan derajatnya. Ketika seseorang sudah melalui suatu
hal, dengan sesusah payah apapun dia, call it a success! Selanjutnya, ia sudah
pandai. Ia tidak akan sesusah itu lagi jika suatu saat mengalami kejadian yang
sama. Saya dulu sering dibilangin oleh kakak saya bahwa hidup itu untuk diambil
hikmahnya. Tidak perlu risau, terpenting adalah memiliki Allah dan percaya
bahwa Dia ada bersama kita.
Dan sampai sekarang saya masih belajar untuk terus ingat hal itu. Terus
ingatkan saya ya, serius saya butuh mentor untuk selalu mengingatkan saya
:")
Saya pernah mendengar bahwa hidup itu memang butuh ditempa. Agar
senantiasa tajam dan dapat digunakan. Cari terus hal-hal menantang dan jangan
pernah takut gagal. Ada dirimu yang sedang berusaha naik level. Biar tidak
nyaman di situ-situ aja. Biar tidak selalu senang dan bangga di situ-situ aja.
Lalu mulai kapan menyusun target di tahun 2018 ini? Sesegera mungkin yang
pasti. Beberapa sudah ada di kepala, tapi belum dituangkan saja. Semoga sembari
memaafkan diri untuk tahun lalu, juga sambil bisa menyusun semangat untuk diri
yang lebih baik di tahun ini. Semangat ya!
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca. Semoga ada manfaat dan selamat berkelana.