Value

Kamis malam di angkot yang sedang mengetem itu, saya dan teman saya bercakap-cakap. Membicarakan hal-hal yang kami alami seharian tadi. Tiba-tiba di tengah percakapan, teman saya bertanya pendapat saya tentang dirinya.

"Menurutmu aku gimana? Yang kamu suka dan tidak. Plus minusnya"

Saya menatapnya lamat-lamat. Ngga bingung sih, hanya ternyata terasa aneh saja mengungkapkan tentang seseorang di depan orangnya. Kalau bagus takutnya bikin geer, kalau ngga bagus takut menyinggung. Ah mengapa sedemikian saya membingungkan hal tersebut, toh kami sudah berteman lama. Rasa-rasanya selama ini kalaupun ada sesuatu yang tidak berkenan mudah diselesaikan dalam waktu yang tidak lama. Saya menghela napas.

"Kamu lucu, suka bikin teman-teman tertawa. Gercep juga melakukan apa-apa. Loyal juga.", jawabku.
"Kalau buruknya?"
"Hmm. Di beberapa kesempatan kita berbeda pemikiran dan pendapat. Yang berujung pada sikap ngga enak di antara kita"
"Contohnya pas kapan Mel?"
"Dulu pas beli baju hahaha"
"Hahaha iya sih. Selain itu?"
"Udah. Hal-hal semacam itu aja. Sebenarnya agak susah bagiku menilai buruk sifat dan sikap seseorang. Terlalu subyektif. Jadi kupikir, hal buruk orang lain adalah ketika itu bertolak belakang dengan valueku. Ngga buruk sebenarnya. Cuma ngga sesuai aja sama prinsip-prinsip yang kupegang selama ini. Paham ngga?" 
"Wah menarik mel. Paham aku. Pengen bikin tweet tentang ini.", katanya kemudian. Kocak.

Lalu kita menatap langit malam di balik kaca jendela angkot itu. Menerawang dan memaknai tentang topik value dengan pikiran masing-masing. Selagi bapak sopir belum juga mau jalan. Selagi penumpang masih kami berdua.

Ngomongin tentang value, sepertinya akan menjadi bahasan menarik kali ini. Bambang Daroeso (1986) mengemukakan bahwa nilai atau value adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang. Jadi value adalah semacam nilai yang kita hargai, yang kita jadikan suatu keyakinan baik dalam kita bertindak. Dan setiap orang wajar punya value yang berbeda dalam diri mereka.

Mungkin pada suatu waktu kita ngga habis pikir sama orang yang susah mengucap kata maaf duluan. "Padahal kan, dia jelas-jelas yang salah", pikir kita.
Tanpa kita tau mungkin memang dia adalah tipikal orang yang punya value bahwa maaf itu adalah sesuatu yang mahal atau hal yang besar. "Ngga perlu minta maaf untuk hal kecil seperti ini. Ngga bikin rugi juga", pikirnya.

Atau kita yang berpikir orang yang lambat mengerjakan suatu hal adalah keburukan. Tanpa kita tau, mungkin "santuy" adalah prinsip yang dia punya. Atau kita berpikir orang yang lebih menomorsatukan diri itu ngga setia kawan. Tanpa kita tau, mungkin "love myself" adalah prinsip yang dia pegang. Semacam semacam itu.

Value itu ngga cuma satu.  Ada banyak dalam diri kita. Bisa saja ngga selalu berbeda, tapi kalau diurutkan, juga pasti ngga selalu sama. Ada urutan value yang sebenarnya  diri kita sendiri yang tau. 

Contohnya seperti ini. Misal kita sama-sama memiliki value kejujuran dan penjagaan perasaan. Di saya, kejujuran itu di atas penjagaan perasaan. Namun di kamu, menjaga perasaan itu di atas kejujuran. Kalau suatu hari kita berdua ada masalah yang perlu diselesaikan, saya lebih memilih jujur walau itu menyakitkan. Namun kamu sebaliknya. Kamu lebih memilih menjaga perasaan saya dengan menunda kejujuran untuk waktu tertentu. Ujung-ujungnya kita bisa saja berselisih. Menganggap prinsip sendiri paling benar, mendewakan ego dan lupa bahwa; di dunia ini ngga cuma kita yang punya ego. Sampai di sini, paham kan?

Jadi rasanya tidak adil sekali untuk kita membuat cap stempel sifat buruk orang cepat-cepat. Seburuk-buruknya penilaian, pasti sebenarnya ada setidaknya sebuah alasan. Yang tentunya ngga selamanya kita sudah tau. "Dia kok orangnya gitu", "Kenapa coba dia memilih untuk seperti itu", "Kenapa sih". Kenapa siiiih. Kenapa sih kita seringnya buru-buru menilai? (Waduh jadi galak)

Jadi intinya ya itu. Tiap orang punya valuenya masing-masing. Ngga mutlak kita benar, dia salah. Ngga selamanya dia benar, kitanya salah. Dan hal seperti itu pasti ada dan terjadi di kehidupan sehari-hari. Sekalipun orang-orang itu sudah berteman lama, sefrekuensi, bahkan anak kembar, pasti ada aja value berbedanya. Semoga kita jadi pribadi yang semakin paham untuk urusan-urusan kecil seperti ini ya #selfreminding. Tampak sepele sih, tapi ngga juga. Yang diperlukan adalah memperlebar pemakluman dan mempertinggi toleransi. Waaah pasti kalau saling begitu, dunia ini akan indah sekali 🥺

Comments

Popular posts from this blog

Book Review : Art of Dakwah

Menghadapi Perempuan