Merencanakan Selesai
Rasanya baru kemarin aku mengambil keputusan pindah
kuliah. Keputusannya memang seperti hanya "pindah kuliah", tetapi
dibersamai dengan pindah domisili, pisah dengan keluarga, dan meninggalkan
jogja yang sudah membuat 19 tahunku nyaman dengannya. Istilah singkatnya;
merantau. Lagi lagi hanya seperti merantau untuk kuliah, tetapi nyatanya tidak
sesederhana itu. Kehidupan perkuliahan baru yang kupilih 4 tahun lalu,
mengharuskanku untuk berpisah dengan keluarga dan rumah tidak hanya 4 tahun
masa perkuliahan. Namun seterusnya. Sampai pada waktu yang tidak tahu kapan.
___________________________
Aku Amel. Amelia. Mahasiswi salah satu perguruan
tinggi kedinasan di Jakarta. Beberapa hari yang lalu baru saja melewati proses
sidang tugas akhir sebagai syarat kelulusan. Masih unofficially sarjana. Banyak
revisi sidang yang masih harus dikerjakan. Kalo ditanya lega atau belum, ya
belum. Perjalanan masih panjang.
Selama berkehidupan di sini, kalau dipikir, aku
belum pernah bercerita banyak. Masih takut. Tidak tau kenapa, tapi takut aja.
Menulis sesuatu yang masih berjalan, bagiku tidak semudah menulis sesuatu yang
sudah selesai. Iya kalau aku benar-benar bisa menyelesaikan kuliahku di sini,
kalau tidak? Kira-kira itu pemikiranku 4 tahun ini. Bukan berarti minim
semangat, bukan. Namun terlalu banyak kemungkinan dan liku-liku yang aku
sendiri belum tau.
Hal pertama yang ingin aku sampaikan adalah ucapan
syukur Alhamdulillah. Hanya karena kuasa Yang di Atas, semesta berbaik hati
mengijinkanku melalui segala proses ini. Proses yang tidak mudah memang. If
teardrops could be bottled. Hehe. Terima kasih untuk keluarga, teman-teman, dan
seluruh pihak yang membantu. Tanpa semua bala bantuan, kok rasanya ndak mungkin
gitu.
Terlepas dari revisi dan segala urusan yang masih
panjang sebelum benar-benar wisuda, tetap saja bersyukur tiada tara. Kali
pertama menginjakkan kaki di semester 7, cita-cita kok rasanya cuma satu, yaitu
cuma ingin selesai. Merencanakan selesai sejak pertama kali memulai. Sebuah
cita-cita yang bisa dikata mulia untuk seorang mahasiswa yang biasa-biasa saja.
Ingin segera bekerja dan punya uang. Ingin segera mandiri dan tidak lagi jadi
mahasiswa akhir bulan. Ingin suasana baru dan menantang perjalanan dengan
berbagai peluang kebaikan yang baru. Ingin memulai kehidupan baru pokoknya.
Walaupun sebenarnya aku tau, kehidupan pasca kampus
itu, tidak bercanda. Cerita-cerita kakak tingkat yang sudah ditempatkan di
daerah, rasanya sudah puas didengarkan. Bekerja di pulau baru dengan segala hal
asing di dalamnya, kata mereka ngga seharusnya membuat kami ingin cepat-cepat
lulus. Namun apapun keadaan di penempatan nantinya, kenapa ya, tetap aja ingin
cepat menyudahi skripsi ini, meninggalkan Jakarta, dan sungguh ingin
cepat-cepat ke sana :)
Baik, setidaknya satu proses telah terlewati lagi.
Selesai sih, belum. Ada beberapa proses yang masih harus dilewati lagi.
Terkadang kepikiran, urusan-urusan ini kok seperti ngga ada usainya. Selalu ada
banyak alasan untuk mengeluh disamping banyaknya alasan untuk bersyukur. Selalu
ada celah untuk menyerah. Tiap kali berpikiran seperti itu, cuma selalu ingat
perjuangan orang tua dan kakak adik di rumah. Sudah sejauh apa aku melangkah
sekaligus sesering apa aku bikin mereka susah. Wkwkwk. Jadi, segala proses ini,
ngga apa-apa. Namanya juga hidup, urusan dan lelah ngga pernah ada selesainya.
Semua baru benar-benar selesai kalau kita sudah tidak lagi di dunia, bukannya?
:)
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca. Semoga ada manfaat dan selamat berkelana.