Takdir Allah Pasti Baik

Belum lama ini ada dua kabar beda rasa yang hadir karena satu hal dalam satu waktu. Kabar pertama adalah kabar gembira dari seorang teman saya yang berhasil lolos interview sesuatu. Kabar gembira yang kedua adalah waah saya turut senang mengetahuinya. Pun saya juga sempat ikut interview, tetapi kalau ditanya hasilnya, saya sendiri tidak. Dua kabar gembira beda rasa. Nyesek-nyesek ikut seneng gitu. Eta terangkanlah....

Dari awal pendaftaran hingga proses seleksi berkas dan interview, kami memang saling berkabar. Tidak ada yang diam-diam ingin lolos sendiri. Namun ya karena eta terangkanlah, takdir masuk hanya ada satu. Dan itu bukan ke saya. Kalau dirasa-rasa, boleh saja ya sepertinya untuk saya mencicip sedikit sedih dan kecewa. Namun kali ini tidak. Kok bisa?

Beberapa waktu yang lebih lalu, saya pernah mengalami hal serupa. Lalu beruntun dengan ketidakberuntungan saya lainnya. Sampai suatu hari, untuk ke sekian kali, saya tidak beruntung lagi. Suatu kegiatan yang saya idam-idamkan menolak saya. Menggenapkan rasa sedih dan kecewa pada diri saya sendiri. Hari-hari selanjutnya saya menjadi pribadi yang kurang berdaya. Kalau kata Safi, saya sedang mengalami krisis kepercayaan diri. 

Sampai-sampai saya membuat list kegagalan bersebelahan dengan list keinginan yang sudah saya buat sejak awal tahun. Astaghfirullah, sebegitu hilangnya arah dan keseimbangan pikir saya kala itu. Atau bahasa lainnya : Astaghfirullah, sebegitu alaynya saya kala itu. Wkwk. Berkali-kali saya bilang ke Ellen kalau saya lahir tanpa potensi. Dan berkali-kali juga Ellen menjawab, "mel sudahlah usiamu masih 21, masih banyak hal yang bisa kamu lakukan." Namun saya tetap menutup mata dan telinga saya. Wkwk. Ya maklum, namanya juga perempuan. Ketidakmampuannya dalam mewujudkan mimpi sama sakitnya dengan patah hati. Ok.

Namun rupanya Allah ingin membuka pintu hati saya kembali. Entah mengapa, suatu hari, di tengah kepasrahan diri saya, saya berhasil mendapatkan kesempatan untuk ikut kegiatan yang saya idamkan lainnya. Dikit sombong nih ceritanya haha. Untuk pertama kalinya cuy, entah mengapa :) saya dibuat Allah bahagia bukan main. Alay lagi namun beda versi. Krisis kepercayaan diri saya seketika surut tak bersisa. Kala itu di pikiran saya ada satu introspeksi : 
Ternyata selama ini saya hanya kurang bersyukur dan kurang berjuang lebih keras lagi.

Sejak saat itu, taraaa! saya jadi belajar untuk lebih legowo dalam menerima setiap takdir yang saya terima. Takdir Allah pasti baik. Dan kita selalu diberi sesuai porsi. Tidak pernah salah tempat, tidak pernah salah waktu. Kebangetannya saya ya, untuk paham begini saja harus melalui krisis kepercayaan diri terlebih dahulu. Maafkan saya, maafkan saya.

Dan sekarang saya tidak perlu khawatir lagi dengan apapun hasil yang saya terima. Cie. Bukankah sebagai manusia tugas kita adalah berikhtiar dan bertawakal sebaik-baiknya? 
"Hidup itu memang up and down. Kalau up and up itu lagunya Coldplay" begitu kira-kira komentar receh tapi bener yang pernah saya temui di instagram. Wkwk. Jadi, kalaupun mimpi yang saya perjuangkan belum tercapai hari ini, ngga masalah bosku! :) kita hanya perlu percaya, kalau usaha telah kita lakukan dan doa telah kita tangguhkan, pasti suatu hari nanti ada porsi buat kita sendiri :) Allah mungkin tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah selalu memberi apa yang kita butuhkan.

Comments

Popular posts from this blog

Book Review : Art of Dakwah

Salah Fokus